Main ke Masjid Ternyata Juga Asyik
Sebuah talkshow untuk kawula muda bertajuk “Main ke Masjid Volume 1” telah
sukses digelar pada Minggu, 28 Mei 2017 di Masjid Al Falah Surabaya. Acara yang
terselenggara berkat kerjasama1 Day 1 Juz DPA Surabaya, Better Youth Project,
FLP Surabaya, GAS, RISMA, dan Sinergi Dakwah ini, memanfaatkan momentum
Ramadhan untuk mengajak para pemuda merenungkan pentingnya berhijrah.
Acara yang bertempat di ruang utama
masjid dan dipandu oleh Ustadz Aditya Abdurrahman ini, diawali dengan datangnya
dua cosplayer. Agak mengejutkan
memang, karena biasanya kita melihat cosplay
di mall atau tempat rekreasi. Tentu ada alasan cosplay dihadirkan dalam talkshow
ini. Fajar Riyadi pria dibalik cosplay
tersebut menuturkan, ini dilakukan karena kejenuhan akan monotonnya kegiatannya
yang hanya meramaikan event berbau anime dan pameran di mall dengan pamer
aksi saja. Sehingga ia merasa tidak bermanfaat nyata bagi sesama manusia. Akhirnya
ia memutuskan untuk membentuk komunitas bernama Superhero Beramal. Kegiatan
Superhero Beramal adalah berbagi ilmu dan pengalaman pada anak-anak tentang
kebajikan. Fajar Riyadi sadar bahwa anak-anak adalah aset dakwah dan yang
dilakukannya merupakan investasi dunia dan akhirat.
Pada sesi selanjutnya acara talkshow dilanjutkan dengan pemaparan
materi oleh Ustadz Aditya Abdurrahman
tentang pentingnya momentum Ramadhan untuk berhijrah. Ustadz Aditya
Abdurrahman yang merupakan pendiri Better Youth Project& Pembina Punk
Muslim ini, menggagas acara Main ke Masjid yang bertujuan agar pada pemuda
mencintai masjid. Ia ingin menghilangkan anggapan bahwa masjid hanya
diramaikanoleh orang-orang yang sudah lanjut usia. Sedangkan anak mudanya malas
untuk ke masjid dengan berbagai alasan. Bukankah seharusnya masjid tidak hanya
untuk tempat sholat dan mengaji saja, namun bisa juga untuk merangkul anak muda
yang sedang mencari jati diri. Dengan acara ini diharapkan ada kesadaran baru
tentang fungsi masjid yang sesungguhnya.
Ustadz Aditya yang mantan anak punk ini mengingatkan bahwa masjid
seharusnya sebagai sentra kegiatan. Sebagaimana pada zaman Rasulullah yang
menjadikan masjid sebagai pusat pergerakan, baik di bidang keagamaan, politik,
pemerintahan, pendidikan, kemasyarakatan, bahkan ekonomi. Untuk menggerakkan
kembali masjid sebagai sentra kegiatan, maka pemuda wajib ikut serta aktif di
dalamnya.
Mengawali ghiroh memakmurkan masjid saat Ramadhan adalah hal yang tepat.
Bagaimana tidak? Coba kita perhatikan! Pada saat Ramadhan tiba umat Islam yang
tidak pernah berpuasa sunnah, dengan senang hati menjalankan puasa sebulan
penuh. Umat Islam yang tidak pernah shalat sunnah, dengan rela mengunjungi
masjid menjalankan Shalat Tarawih. Bahkan, umat Islam yang tak rajin membaca
Alquran sekalipun, menyempatkan diri untuk tadarus bersama teman-teman. Itu
semua sebenarnya adalah perjalanan hijrah yang tidak disadari oleh umat Islam
sendiri. Begitu indahnya ritme Ramadhan itu jika berlanjut di sebelas bulan
berikutnya. Begitu banyak limpahan pahala yang diberikan Allah saat Ramadhan
akan sangat beruntung jika limpahan tersebut berlanjut seterusnya sepanjang
hayat.
Pada kesempatan tersebut, Ustadz Aditya
mendatangkan narasumber untuk menuturkan testimoninya tentang hijrah. Seorang
gadis cantik kerudung abu-abu bernama Niza Nurmalasari mulai menuturkan kisah
hidupnya dalam sesi wawancara. Niza Nurmalasari adalah mantan vokalis band
death metal Climaxeth yang sekaligus pendirinya.
Perkenalan pertamanya dengan musik cadas
itu di mulai sejak SD, karena seringnya memperhatikan kakaknya mendengar musik
dan main gitar bersama teman-teman. Maka jadilah musik Sepultura, Soulfly, dan
sebangsanya sangat akrab ditelinganya. Pada Masa SMA ia mulai bergabung menjadi
vokalis di band Hexagram di Sidoarjo. Sampai akhirnya ia mendirikan band
sendiri bernama Climaxeth di Surabaya
dan Osiris di Sidoarjo dalam rentang waktu yang berbeda. Dengan vokal growl yang tak kalah gahar dengan
vokalis death metal pria, Nisa malang melintang di berbagai stage. Namanya melambung di kalangan
pecinta musik cadas berkat karakter exhale-nya
yang enak didengar, dan kemampuan mengekspresikan ‘soul’ lagu death metal dengan baik.
Kehidupan masa lalunya tak jauh dari
musik metal, alkohaol, dan rokok. Kehidupan malam dengan dugem juga tak dilewatkanya. Sering pulang dalam keadaan mabuk atau
teler di night club sudah hal biasa
di kesehariannya. Lantaran patah hati dan belum bisa move on dari sang mantan kekasih menjadi alasan semakin terpuruknya
kehidupannya. Kekecewaan kedua orang tuanya akan perilakunya, tidak juga
merubahnya.
Sampai suatu ketika Niza tiba-tiba
tergerak hatinya dan mulai berpikir akankah hidupnya begini seterusnya. Beruntung
ia bertemu dengan teman bekerjanya yang mengenalkannya pada kehidupan islami.
Mulailah ia belajar mendalami Islam dengan mengikuti kegiatan taklim, membaca
buku keislaman, dan bertanya pada yang lebih mengerti. Tiga tahun belakangan ia
berangsur-angsur menarik diri dari pergaulan lamanya dan menggantinya dengan
bergaul dan hidup sesuai dengan syariat Islam.
Keputusanya untuk resign dari dunia musik metal tidaklah mudah. Tanggapan pro dan
kontra dari teman-temannya tentang keputusannya tentulah menghampirinya.
Banyaknya bullying yang dihadapinya
tak menyurutkan langkahnya. Ia menyakini bahwa jika kita meninggalkan satu
keburukan demi kebaikan, maka Allah akan mengganti dengan kebaikan-kebaikan
yang lain. Niza paham bahwa jalan menuju istiqomah
tidak gampang, maka dari itu ia mohon doa agar selalu diberi kemudahan tetap di
jalan Allah.
Talkshow
dengan titel “Saatnya Berubah”diharapkan menyadarkan kembali generasi muda
tentang arti penting hijrah perilaku dalam kehidupan. Bersama Fajar Riyadi
(pendiri komunitas Superhero Beramal), Ustadz Aditya Abdurrahman (pendiri Better Youth Project & Pembina
Punk Muslim), dan Niza Nurmalasari (mantan vokalis band death metal Climaxeth)
diharapkan membuka wawasan kita arti hijrah yang lebih luas. Bersama datangnya
bulan suci Ramadhan diharapkan umat Islam, terutama generasi muda memanfaatkan
momentum ini untuk memperbaiki diri. Talkshow
ini rencananya akan diadakan sebulan sekali dengan menghadirkan berbagai
narasumber. Antusias para hadir pada program Mari ke Masjid Volume 1, ini
membawa angin segar untuk ghiroh dakwah
selanjutnya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentar, Friend !