Seri Riwayat Nabi Tak Seindah Nasihatnya
Oleh
: Hd. Aisya
Judul Buku : Seri
Riwayat Nabi
Pengarang : Ismail
Pamungkas
Penerbit : PT. Remaja Rosdakarya, Bandung
Tahun Terbit : 1999
Cetakan : Kedua,
1999
Ukuran : 22 cm x 28 cm
Tebal : 674 halaman
ISBN : 979-514-678-5
Buku yang mengisahkan tentang riwayat para nabi memang telah banyak dicetak di Indonesia dari tahun ke tahun. Baik yang berbentuk buku cerita, maupun buku cerita bergambar atau komik. Di antara buku-buku itu mayoritas ditujukan untuk pembaca anak-anak. Karena itulah, maka biasanya buku cerita itu disertai gambar yang menarik di antara cerita yang diuraikan. Selain itu juga menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami untuk anak-anak.
Sesuai dengan judul bukunya, “Seri Riwayat Nabi”, buku ini berisi tentang kumpulan riwayat para nabi, dari mulai Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Ada 19 kisah nabi dalam buku ini, yakni Nabi Adam, Nuh, Hud, Saleh, Ibarahim, Luth, Syu’aib, Yusuf, Ayyub, Yunus, Musa, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Sedangkan riwayat Nabi Muhammad dikisah dalam tiga cerita yaitu Riwayat nabi Muammad 1, 2, dan 3.
Pemilihan buku ini, karena ada hal yang ingin saya kritisi. Buku ini merupakan kumpulan atau edisi bendel dari 19 buku cerita yang dijilid hard cover menjadi satu, sehingga beratnya lumayan jika harus dibawa anak-anak. Berat buku inilah yang menurut pendapat saya tidak tepat bagi anak-anak. Menurut pendapat saya, hendaknya buku ini tidak perlu dicetak dalam edisi bendel. Kalaupun dicetak dalam edisi bendel, cukuplah memuat 5 cerita nabi saja di tiap seri bendelnya.
Sebagai buku cerita anak, tentu saja buku ini disertai gambar yang bertujuan menarik anak-anak. Sayangnya, justru gambar yang ditampilkan sering ridak ramah pada anak-anak. Ada beberapa gambar yang tak pantas dilihat anak-anak di bawah umur. Selain itu para nabi yang digambarkan secara visual sangat tak pantas dalam pandangan Islam. Tentu saja hal ini akan membahayakan bagi persepsi anak-anak tentang para nabi. Saya berpendapat, hendaknya para nabi tidak perlu divisualkan dengan gambar, cukup dengan tulisan saja. Jika ingin disisipkan gambar selain para nabi untuk mendukung cerita, maka gambarkanlah dengan gambar yang ramah bagi anak-anak.
Buku yang mengisahkan tentang riwayat para nabi memang telah banyak dicetak di Indonesia dari tahun ke tahun. Baik yang berbentuk buku cerita, maupun buku cerita bergambar atau komik. Di antara buku-buku itu mayoritas ditujukan untuk pembaca anak-anak. Karena itulah, maka biasanya buku cerita itu disertai gambar yang menarik di antara cerita yang diuraikan. Selain itu juga menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami untuk anak-anak.
Sesuai dengan judul bukunya, “Seri Riwayat Nabi”, buku ini berisi tentang kumpulan riwayat para nabi, dari mulai Nabi Adam hingga Nabi Muhammad. Ada 19 kisah nabi dalam buku ini, yakni Nabi Adam, Nuh, Hud, Saleh, Ibarahim, Luth, Syu’aib, Yusuf, Ayyub, Yunus, Musa, Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya, dan Isa. Sedangkan riwayat Nabi Muhammad dikisah dalam tiga cerita yaitu Riwayat nabi Muammad 1, 2, dan 3.
Pemilihan buku ini, karena ada hal yang ingin saya kritisi. Buku ini merupakan kumpulan atau edisi bendel dari 19 buku cerita yang dijilid hard cover menjadi satu, sehingga beratnya lumayan jika harus dibawa anak-anak. Berat buku inilah yang menurut pendapat saya tidak tepat bagi anak-anak. Menurut pendapat saya, hendaknya buku ini tidak perlu dicetak dalam edisi bendel. Kalaupun dicetak dalam edisi bendel, cukuplah memuat 5 cerita nabi saja di tiap seri bendelnya.
Sebagai buku cerita anak, tentu saja buku ini disertai gambar yang bertujuan menarik anak-anak. Sayangnya, justru gambar yang ditampilkan sering ridak ramah pada anak-anak. Ada beberapa gambar yang tak pantas dilihat anak-anak di bawah umur. Selain itu para nabi yang digambarkan secara visual sangat tak pantas dalam pandangan Islam. Tentu saja hal ini akan membahayakan bagi persepsi anak-anak tentang para nabi. Saya berpendapat, hendaknya para nabi tidak perlu divisualkan dengan gambar, cukup dengan tulisan saja. Jika ingin disisipkan gambar selain para nabi untuk mendukung cerita, maka gambarkanlah dengan gambar yang ramah bagi anak-anak.
Selain kedua hal tersebut, penulisan cerita dalam buku ini tidak cocok bagi bacaan ana-anak. Penceritaannya masih terkesan kaku dan hanya cocok untuk bacaan orang dewasa. Dalam pandangan saya, buku ini cocok untuk para orang tua untuk mendongeng pada anaknya, atau guru sebagai bekal untuk mendongeng pada anak didiknya.
Semoga dengan ulasan singkat saya
ini, kita dapat lebih bijak memilih buku untuk konsumsi bacaan anak-anak. Memilih
buku bagi anak-anak seperti kita memilih makanan yang akan di makan oleh
anak-anak. Kesalahan memilih buku akan berakibat fatal bagi anak-anak.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentar, Friend !