PESAN KEJUJURAN DALAM NOVEL TUAN DIREKTUR
PESAN KEJUJURAN DALAM NOVEL TUAN DIREKTUR
Judul Buku : Tuan
Direktur
Pengarang : Hamka
Penerbit : Gema
Insani
Tahun Terbit : Mei
2017
Ukuran : 19,2 cm x 25,8 cm
Tebal : 149 halaman
ISBN :
978-602-25038-9-7
Hamka banyak menghasilkan novel yang berkualitas yang bermuatan nilai moral. Dibandingkan novel Hamka yang lain ada sedikit perbedaan. Dalam mengisahkan suatu peristiwa pada novel ini seakan Hamka berada di dalamnya dan mejadi salah satu watak tokohnhya.
Novel Tuan Direktur adalah
bacaan yang ringan, tetapi sarat dengan pesan dan pesan tentang kebaikan dalam
menjalani hidup yang lurus. Melalui tokoh-tokohnya Hamka menitipkan pesan yang
kuat dan jelas. Ini sangat terlihat dengan watak hitam dan putih yang ada di
setiap tokohnya.
Dikisahkan pesatnya perniagaan
antarbangsa di kota Surabaya. Banyaknya anak muda yang mengadu nasib, di
antaranya Jazuli yang kemudian disebut Tuan Direktur. Keberhasilan Jazuli
mengelola toko emas dan intan miliknya yang berkembang pesat hingga terkenal
hoinggoa ke luar negeri, telah mengubahnya menjadi pribadi yang haus pujian dan
sombong. Jazuli sangat suka mengejar kekayaan dan kehormatan. Sifatnya yang
buruk itu semakin menjadi-jadi ketika berkawan dengan Mas Karto, Mr. Mustafa,
Mr. Sumarta, dan Kadri yang senantiasa suka memujinya untuk mengambil manfaat
darinya.
Jazuli semakin lupa diri
hingga tega mengorbankan teman seperantauannya Haji Nawawi. Ketamakan dan
kerakusan Jazuli semakin menjadi tatkala dia tergiur ingin membeli tanah Pak
Yasin. Berbagai cara dilakukannya untuk dapat memiliki tanah Pak Yasin,
termasuk dengan memfitnahnya. Pak Yasin akhirnya masuk penjara karena akal
licik Jazuli.
Pak Yasin digambarkan
seorang lelaki tua yang ramah dan pemurah. Dia memilih hidup sederhana bersama
cucunya dengan membantu orang-orang yang tinggal di rumahnya. Wataknya yang
suka menolong pada sesame terutama pada para penyewa rumahnya, tak seperti tuan
tanah pada umumnya. Di sela kesibukannya dia masih sempat membuka perkumulan
untuk membantu anak-anak belajar dan mengaji di suraunya.
Novel dengan setting pada masa penjajahan Belanda ini
menggunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Ceritanya juga dapat dibaca
oleh semua umur. Ketika membacanya kita seperti mendengar petuah orang tua pada
anaknya untuk menjalani hidup dengan penuh kejujuran dan ketekunan. Alhasil,
novel ini patut dibaca oleh semua umur dan kalangan. Selamat membaca.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentar, Friend !