Ketika Writer’s Block Terjadi
Ketika
Writer’s Block Terjadi
Sebagai penulis, aku tentu pernah
mengalami writer’s block. Apa itu writer’s block? Writer’s block atau
kebuntuan menulis adalah suatu keadaan ketika penulis merasa kehilangan kemampuan
menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya. Seperti hari ini,
ketika harus menyelesaikan script film
yang hampir deadline, tiba-tiba saja
terjadi writer’s block. Huff … berasa ingin berteriak
sekencang-kencangnya. Tapi, karena ini bukan pertama kalinya terjadi, aku sudah
tahu apa yang harus aku lakukan untuk mengatasinya.
Hari masih sekitar pukul 6.30
ketika kuambil wudhu dan shalat Dhuha. Kulanjutkan mengurut tasbih dan membaca 1
juz Al-Qur’an. Kulangkahkan kaki ke halaman sambil menikmati hijaunya tanaman
sayuran yang kutaman. Hitung-hitung olahraga kurapikan dahan pohon delima dan
jambu batu yang mulai menjuntai tak karuan. Potong sana potong sisi lumayan
membuat badan mulai berkeringat. Setelah menyiram dan menyemprot pupuk organik
buatan sendiri pada sawi, kangkung, wortel, dan bawang, kusudahi tamasya hijau
pagi ini dengan tak lupa mencuci tangan pakai sabun. Kegiatan ini cukup untuk
menjernihkan pikiran ketika terjadi writer’s
block.
Aku melanjutkan ritual.
Kukeluarkan motor dari garasi. Jalanan masih sepi ketika kupacu motor ke pasar.
Ah, mungkin ini efek PSBB. Belanja ikan dan beberapa bumbu yang tak ada di
halaman. Maklum, hampir semua bumbu dapur sudah bisa kutanam sendiri. Alhamdulillah,
bisa mengurangi pengeluaran di saat pandemi ini. Beruntung karena beberapa
pedagang di pasar ini sudah kukenal baik, aku sering mendapat potongan harga
bahkan gratisan. Ketika hasil tanaman di halaman lebih dari cukup untuk
dikonsumsi sendiri, aku bagikan ke tetangga atau pedagang pasar ini. Aku tak
menjualnya. Senang rasanya hasil tanaman bisa bermanfaat buat orang lain.
Kegiatan ke luar rumah (walau hanya ke pasar) bertemu dan berkomunikasi dengan orang
dapat menambah wawasan tentang dunia luar saat terjadi writer’s block. Tenang, aku tetap menerapkan social distancing, kok. Lagian, keluar rumahnya cuma untuk urusan
kebutuhan perut.
Sesampai di rumah, setelah mandi
untuk menunggu waktu shalat Dzuhur kusempatkan untuk membaca buku. Memang,
membaca adalah salah satu hobiku dari kecil. Tak jarang membaca membuatku lupa
waktu. Tapi, untuk mengatasi writer’s block
hari ini cukuplah membaca barang 30 menit saja. Paling tidak, otak terisi untuk
bahan menulis selanjutnya.
Tidur siang sangat peting buatku.
Durasi tidur siang paling lama 1 jam saja. Ini akan mengistirahatkan otak,
menata ulang memori yang telah di dapat untuk bekal menulis selanjutnya. Bahkan
menurut beberapa penelitian tidur siang dapat meningkatkan performa kerja, daya
ingat, kreatifitas, mood, kesabaran,
konsentrasi, dan lain sebagainya.
Selepas shalat Ashar, tentu saja
waktunya memasak untuk buka puasa dan makan sahur nanti. Menurut para pakar memasak
membuat rasa bahagia, kreatif, percaya
diri dan bertanggung jawab dalam pekerjaan. Nah, mamasak ternyata juga bisa membantu
menanggulangi stres saat terjadi writer’s block.
Buka puasa bersama keluarga
sambil bercengkrama bercerita tentang kegiatan masing-masing, membuat hati
bahagia dan lebih mempererat hubungan keluarga. Ketika hati bahagia, pastilah
tulisan kita akan terselesaikan dengan mudah. Dan benar, selepas shalat Tarawih
berjamaah malam ini, aku bisa dengan mudah menyelesaikan script film yang sudah dikejar deadline.
Nah, itulah beberapa hal yang
kulakukan bila terjadi writer’s block di
saat masa pandemi COVID-19. Tentu saja ini problem
solving versiku, ya. Tentu akan berbeda dengan problem
solving kalian saat mengalami writer’s
block. Paling tidak kalian tahu, bahwa setiap keadaan dan masalah pasti
Allah sudah memberikan jalan keluar untuk mengatasinya. Tinggal kita mau atau
tidak untuk menjemput solusi itu.
#bersemadi_harike16
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
Komentar
Posting Komentar
Silahkan komentar, Friend !