Meningkatnya Kebutuhan Air Pada Masa Pandemi COVID-19


Meningkatnya Kebutuhan Air
Pada Masa Pandemi COVID-19

Awal Maret lalu tepatnya 2 Maret 2020 Presiden Joko Widodo mengumumkan secara resmi adanya warga negara RI yang terjangkit virus corona covid-19. Mulai hari itu pula pemerintah langsung bergerak mengantisipasi penyebaran virus corona. Berbagai cara dan kebijakan dilakukan untuk menangani penyebaran virus corona beserta berbagai dampak sosial, ekonomi, budaya, politik dan keamanan yang ditimbulkannya. Termasuk kebijakan social distancing yang kemudian menjadi physical distancing bagi masyarakat digulirkan.

Virus corona tidak hanya ditularkan lewat droplet secara langsung, tapi juga droplet yang telah menempel pada benda disekitar kita atau baju yang sedang kita gunakan. Maka dari itu, sosialisasi 3 cara pencegahan penyebaran COVID-19 mulai disebarluaskan. Masyarakat mulai dihimbau untuk senantiasa menggunakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Semua stasiun televisi, radio, media massa, baliho, banner, dan poster menyebarkan cara mencuci tangan yang benar dalam 20 detik. Anak-anak sekolah yang kala itu masih masuk sekolah diajarkan 10 langkah mecuci tangan dalam 20 detik. Serta merta masyarakat Indonesia menjadi sadar pentingnya cuci tangan dan menjaga kebersihan badan.

Kini setelah resmi diberlakukan PSBB di beberapa kota besar di Indonesia, masyarakat dihimbau untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan ibadah di rumah. Berbagai aktifitas di rumah saat pandemi ini telah merubah kebiasaan banyak orang, terutama dalam hal menjaga kebersihan diri. Sekarang setiap selesai beraktifitas apa saja kegiatan mencuci tangan selalu dilakukan. Apalagi jika ada anggota keluarga yang baru datang dari bepergian keluar rumah, maka sesampainya tidak hanya mencuci tangan tetapi mandi dan berganti baju yang bersih.

Kebiasaan-kebiasaan baru saat pandemi ini memicu bertambahnya keutuhan air di masyarakat. Kebutuhan air digunakan untuk mencuci tangan, mandi, mencuci pakaian, dan sebagainya. Memang pemakaian air untuk keperluan tersebut sudah kita butuhkan sebelum adanya pandemi, tetapi tidak sebesar seperti saat ini. Coba kita amati! Mencuci tangan biasa kita lakukan ketika akan makan dan sesudah makan. Kita asumsikan kita makan sehari 3 kali, maka kita mencuci tangan 6 kali dalam sehari. Tetapi di saat pandemi ini, kita tidak hanya mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Kita sekarang biasa mencuci tangan setiap setelah bermain, merapikan rumah, bahkan memegang gagang pintu. Jadi jika diamati, maka kita secara tak sadar bisa mencuci tangan lebih dari 10 kali dalam sehari.

Aktifitas mandi juga mengalami perubahan, lho. Bagaimana mungkin? Coba kita pikirkan! Pada masa pandemi ini bagi orang yang masih harus bekerja di luar rumah, tentu akan sangat berhati-hati saat pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah langsung mandi dan berganti baju bersih adalah hal yang seharusnya dilakukan. Tetapi ada beberapa orang yang melakukan mandi lebih dari 2 kali sehari. Selain itu ada juga yang mandi lebih lama dari biasanya. Semua itu dilakukan, karena adanya rasa khawatir akan membawa virus ke dalam rumah.

Seringnya berganti baju saat pandemi ini, membuat jumlah pakaian yang harus dicuci lebih banyak dari biasanya. Jika biasanya orang berganti baju 2 kali sehari, maka saat ini bisa melakukan lebih dari itu. Juga ketika penggunaan masker kain  menjadi pilihan masyarakat, maka mengharuskan mencuci masker lain sesegera dan sesering mungkin. Hal ini karena masker kain hanya dipererbolehkan dipakai selama 4 jam saja. Seringnya berganti baju dan masker dalam sehari adalah salah satu cara untuk selalu menjaga kebersihan dan melindung diri sendiri serta arang disekitarnya dari virus corona.

Nah, Jadi kebiasaan baru saat pandemi seperti mencuci tangan, mandi, dan berganti pakaian seseing mungkin, menjadi penyebab meningkatnya kebutuhan air pada masa pandemi COVID-19.  


#bersemadi_harike14
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

949 Taman Hijaukan Surabaya

RASA MERDEKA

Berkebun Sawi Saat Pandemi